Aji Rancang Prototype Alat Pemisah dan Penghitung Barang Cacat

Aji Rancang Prototype Alat Pemisah dan Penghitung Barang Cacat

Bandar Lampung – Siapa yang mau membeli produk cacat ? Nampaknya semua konsumen pasti mengharapkan produk yang dibelinya dalam kondisi yang baik. Namun tidak dapat dipungkiri, proses produksi tak jarang menghasilkan barang yang cacat. Untuk itu penting melakukan pemisahan produk cacat sebelum didistribusikan, sehingga semua konsumen dapat memperoleh produk yang baik.

Hal ini membuat Aji Jamal berinisiatif merancang prototype alat pemisah dan penghitung barang cacat yang dapat memudahkan industri dalam melakukan proses sortasi. Berbeda dengan alat sortasi yang telah ada dipasaran, rancangan mahasiswa Institut Informatika dan Bisnis (IBI) Darmajaya ini dilengkapi dengan sistem penghitung secara otomatis. Sehingga jumlah barang cacat dari keseluruhan produk yang dihasilkan dapat diketahui.

“Setiap pabrik memiliki kriteria tertentu dalam menentukan kondisi produk masuk dalam katagori cacat atau tidak. Dalam penelitian ini, saya mencoba menerapkan alat ini untuk produk minuman berkemasan botol plastik. Proses sortasi dilakukan untuk mengecek kondisi kemasan seperti memastikan kemasan tertutup rapat, tidak bocor, ukuran, dan bentuk kemasan produk sesuai dengan ketentuan,” ujar mahasiswa jurusan Sistem Komputer ini.

Penelitian ini dilakukan Aji sebagai skripsinya di jurusan Sistem Komputer IBI Darmajaya. Dalam merancang alat tersebut, pria kelahiran 5 Januari 1990 ini menggunakan sensor Mikrokontroller ATMEGA8535 sebagai pengendali. Sensor LDR, LED dan LCD (Liquid Crystal Display) sebagai pendeteksi produk. Adapun perangkat tambahan dengan memanfaatkan motor servo DC (Direct Current) sebagai penggerak konveyor sekaligus palang pemisah antara barang bagus dan rusak. Diungkapnya, hanya diperlukan biaya sekitar Rp 1 juta dalam proses pembuatan prototype alat ini.

“Ketika barang dideteksi, maka sensor ultrasonik akan melakukan pengambilan data. Data yang diambil akan dikirim ke mikrokontroller dan ditampilkan ke LCD (Liquid Crystal Display) yang menunjukan jumlah produk cacat dari jumlah keseluruhan. Kemudian motor servo DC (Direct Current) akan memisahkan produk cacat ke penampung yang berbeda dari produk yang baik,” terangnya pasangan Maryo Suradi dan Warsinem ini.

Sementara itu, Rektor IBI Darmajaya, Dr. Andi Desfiandi, SE., MA mengapresiasi alat rancangan dan penelitian yang telah dihasilkan mahasiswanya. Menurutnya, penelitian merupakan bukti penguasaan mahasiswa terhadap beragam kompetensi yang diberikan perguruan tinggi kepada mereka.

“Penelitian menjadi satu bagian penting dalam dunia pendidikan dan menjadi salah satu implementasi dalam menjalankan tri darma perguruan tinggi. Karenanya, IBI Darmajaya senantiasa mendorong para dosen dan mahasiswa untuk aktif meneliti dan mengabdi kepada masyarakat,” ujarnya.

Diungkapnya, setiap tahun ratusan penelitian aplikatif yang dapat digunakan untuk mendukung pembangunan instansi pemerintah, swasta, industri, dan masyarakat dihasilkan oleh para mahasiswa.

“Bahkan tidak sedikit penelitian karya mahasiswa IBI Darmajaya, baik dibidang akademik maupun dibidang kewirausahaan yang berhasil memperoleh penghargaan, dan memenangkan kompetisi karya ilmiah tingkat nasional dari Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi (Kemenristek Dikti),” pungkasnya.(*)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *