Aplikasi Pengelolaan Citra, Mata Kuliah Favorit Mahasiswa Malaysia di Darmajaya

BANDAR LAMPUNG—Berkunjung ke negeri orang untuk mengenyam pendidikan di Fakultas Ilmu Komputer Institut Informatika dan Bisnis (IBI) Darmajaya, kemudian mengenal perbedaan budaya, beragam kuliner yang unik dan berbeda dari negeri asal, serta beragam objek wisata yang menarik, terasa dinikmati empat mahasiswa program student mobility (pertukaran mahasiswa) asal negeri jiran Malaysia. Empat mahasiswa yang berasal dari Universiti Teknikal Malaysia Melaka (UteM) ini telah berdomisili di Bandar Lampung selama tiga bulan terakhir atau sejak September 2012 untuk menempuh kuliah selama satu semester di IBI Darmajaya. Mereka pun telah memiliki mata kuliah favorit dalam jurusan Teknik Informatika yang dipelajarinya yaitu Aplikasi Pengelolaan Citra.

“Belajar di sini menyenangkan,” ujar Fathin Nabiha Abdul Azis yang didampingi Siti Umairah membuka perbincangan pada Rabu (2/1). Fathin bersama tiga rekannya Siti Umairah, Mohd Juzaidi, Muhammad Fadhil mengaku senang tinggal di Lampung dan berkuliah di IBI Darmajaya. ”Kami sangat ecxited belajar Aplikasi Pengelolaan Citra, karena penjelasan yang diberikan dosen pak Suhendro ringkas, jadi mudah dipahami dan dimengerti, ditambah mengajarnya interaktif dan dalam bahasa Inggris,” ungkapnya. Fathin menambahkan walaupun setiap minggunya dia dan rekan-rekan mendapat tugas kuliah, namun dosen favoritnya tersebut akan terlebih dahulu memberi penjelasan.

Selain Aplikasi Pengelolaan Citra, Fathin dan teman-teman mendapat Pengelolaan Citra Digital sebagai mata kuliah kedua dari dosen Fakultas Ilmu Komputer sekaligus dosen pascasarjana IBI Darmajaya Dr.Suhendro Yusuf Irianto, M.Kom. Dua mata kuliah tersebut mereka ikuti dari total enam mata kuliah yang wajib diikuti kuliah dan praktikumnya. Fathin pun berharap, dia dan teman-temannya mendapat kesempatan lebih lama untuk berkuliah di IBI Darmajaya, tidak hanya satu semester. “Nilai kuliah kami rata-rata A dan B. Itu karena kuliahnya tidak terlalu jauh berbeda dengan di Malaysia mulai dari kurikulum, tugas dan praktikumnya, dan dosen yang profesional,” paparnya.

Rektor IBI Darmajaya DR.Andi Desfiandi, SE.,MA mengatakan program student mobility yang rutin dan berkelanjutan digelar tiap tahunnya ini menunjukkan kurikulum yang dijalankan IBI Darmajaya sudah sesuai kampus internasional. “Program ini merupakan salah satu prestasi IBI Darmajaya untuk makin mengukuhkan motto kami, yakni one step ahead toward globalization. Selain itu pula, kami sudah mencanangkan pada 2023 mendatang, IBI Darmajaya siap menjadi world recognized university,”papar Andi. Sehingga, dengan adanya program ini pula, imbuhnya, diharapkan IBI Darmajaya akan menciptakan suasana akademik bernuansa internasional yang kondusif melalui pengalaman pertukaran budaya untuk menghasilkan pemikiran-pemikiran baru yang inovatif, mendapat pengalaman internasional, meningkatkan hard skill dan solft skill, serta pemahaman yang lebih baik mengenai perbedaan-perbedaan sosial budaya.

Selain kuliah menyenangkan di IBI Darmajaya, pengalaman paling berkesan bagi empat mahasiswa UteM tersebut adalah suasana budaya yang masih terasa sangat kental. ”Suasana Indonesia dan Malaysia berbeda. Di Indonesia, banyak orang terlihat memakai baju batik, ada penampilan Tari Sigeh Pengunten khas Lampung saat kami mengikuti orientasi studi IBI Darmajaya. Kalau di Malaysia, sangat jarang suasana seperti ini. Selain itu, masyarakat Indonesia ramah dan helpful,” ungkap dara kelahiran Pulau Pinang, 18 Mei 1991 ini.

Selain budaya, Fatin dan teman-temannya mengagumi beragam objek wisata yang menarik di Lampung khususnya dan Indonesia umumnya. ”Kami berkunjung ke Teluk Kiluan pada 22-23 September, pantainya bagus dan bersih,” ujarnya. Selain berwisata ke Teluk Kiluan yang terletak di Pekon (Desa) Kiluan Negeri, Kecamatan Kelumbayan, Kabupaten Tanggamus, Fathin juga berjalan-jalan seputar Bandar Lampung, seperti Pasar Bambu Kuning dan mal-mal ternama di Bandar Lampung setiap libur akhir pekan. ”Kami juga menonton film favorit kami The Twilight Saga: Breaking Dawn part II di bioskop,” ujar Fathin yang gemar menyantap kuliner ketoprak ini.

Siti Umairah menambahkan selain berkeliling seputar Bandar Lampung, dia dan rekan-rekannya juga telah berkunjung ke Bandung dan Yogyakarta pada 25-28 Oktober. “Kami ke Pasar Baru dan factory outlet di Bandung. Kami juga berfoto-foto di Taman Wisata Candi Borobudur (TWCB) di Kabupaten Magelang, Jawa Tengah dan pantai Parangtritis,” ujar Umairah.

Mesti demikian, Fathin dan Umairah, tidak memungkiri merindukan kampung halaman. Namun kerinduan itu terobati dengan rutinnya mereka dan orangtua saling berkomunikasi dengan lancar melalui handphone. “Orangtua kami tidak khawatir, mereka terus memberi semangat, mendukung dan memotivasi kami untuk giat belajar dan tidak lupa berdoa,”pungkasnya. (*)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *