Cascading Manajemen Kinerja MBKM IIB Darmajaya, ini Kata Dr. RZ. Abdul Aziz

Cascading Manajemen Kinerja MBKM IIB Darmajaya, ini Kata Dr. RZ. Abdul Aziz

IMG-20211224-WA0005
<
>

BANDARLAMPUNG — Sebagai realisasi pelaksanaan Program Kampus Merdeka Merdeka Belajar (MBKM), Institut Informatika dan Bisnis (IIB) Darmajaya menggelar Cascading Manajemen Kinerja MBKM, di Aula Lantai 3, Gedung Alfian Husin, Rabu (22/12/2021) siang.

Ketua Pelaksana Kegiatan Joko Triloka, S.Kom., M.T., Ph.D., mengatakan tujuan kegiatan untuk menciptakan keselarasan dalam organisasi dalam penjabaran sasaran strategi indikator kinerja utama (IKU) dan target kinerja IIB Darmajaya secara vertikal maupun horizontal.

“Metode cascading manajemen kinerja IIB Darmajaya dilaksanakan dengan menggunakan metode partial cascading, yaitu menurunkan secara sama antara unit yang lebih tinggi dan rendah, tetapi besaran target IKU sama. Sehingga visi IIB Darmajaya menjadi perguruan tinggi pembelajaran unggul berbasis riset dan teknologi informasi akan tercapai,” kata Joko Triloka.

Kegiatan Cascading Program Kerja MBKM IIB Darmajaya dengan host Muprihan Thaib, S.Sos., M.M., yang juga Wakil Rektor 3 Kampus Biru (julukan IIB Darmajaya) dan moderator Aswin, S.E., M.M., menghadirkan pembicara Dr. RZ. Abdul Aziz, S.T., M.T. yang juga Wakil Rektor 1 IIB Darmajaya.

Pada kesempatan itu, RZ. Abdul Aziz mengatakan IKU Cascading adalah IKU hasil penjabaran dan penyelarasan secara vertikal dari unit/pegawai yang lebih tinggi ke level unit/pegawai yang lebih rendah. Apabila IKU tersebut berasal dari unit/pegawai pemilik peta strategi (misalnya Rektor atau Dekan), maka IKU tersebut dinamakan IKU Cascading Peta (CP).

“Sedangkan bila IKU tersebut berasal dari unit/pegawai bukan pemilik peta strategi (misalnya Kepala Biro), maka IKU tersebut dinamakan IKU cascading Non-Peta (C). Pembuatan IKU CP maupun IKU C jauh lebih mudah dilakukan karena nama IKU, definisi IKU, dan formula perhitungannya memiliki kesamaan dengan IKU atasannya,” kata RZ Abdul Aziz.

Dia juga menjelaskan IKU menganut prinsip SMART-C yang merupakan singkatan dari specific, measurable, agreeable, realistic, time-bounded, dan continuously improved. Specific, yaitu mampu menyatakan sesuatu secara definitif (tidak normatif), tidak bermakna ganda, relevan dan khas/unik dalam menilai serta mendorong kinerja suatu unit/pegawai. Sedangkan Measurable yaitu mampu diukur dengan jelas dan jelas cara pengukurannya. “Pernyataan IKU seharusnya menunjukkan satuan pengukurannya,” kata dia.

Sedangkan Agreeable, lanjut doktor lulusan Jepang itu, disepakati oleh pemilik IKU dan atasannya. Kemudian, Realistic, merupakan ukuran yang dapat dicapai dan memiliki target yang menantang. Time-bounded memiliki batas waktu pencapaian.

Dan, Continously Improved, kualitas dan target disesuaikan dengan perkembangan strategi organisasi dan selalu disempurnakan. “Suatu IKU dianggap telah memenuhi kriteria SMART-C berdasarkan kesepakatan antara pengelola kinerja organisasi, pemilik IKU dan atasan langsung pemilik IKU,” kata dia.

Abdul Aziz menambahkan ada ukuran kuantitatif dan kualitatif dari hasil dan dibandingkan dengan tujuan. Investigasi unsur-unsur yang mempengaruhi tujuan. “Dimana, tujuan yang ingin dicapai haruslah SMART, yaitu spesifik, terukur, dapat dicapai, orientasi hasil atau relevan dan ada batas waktunya,” kata dia. (**)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *