Cegah Plagiarisme, Dosen Darmajaya Bentuk “Sistem Pendeteksi Plagiarisme Multi Bahasa”

BANDAR LAMPUNG—Saat ini, tidak dapat dipungkiri fakta telah menunjukkan maraknya  plagiarisme di berbagai profesi. Plagiarisme tidak hanya terjadi di lingkungan pelajar, mahasiswa, dan dosen di lingkungan akademisi, tetapi juga pada berbagai kalangan lainnya seperti penulis karya popular dan penyair. Menyikapi hal tersebut, Wasilah, S.Kom, M.T yang merupakan dosen Fakultas Ilmu Komputer Institut Informatika dan Bisnis (IBI) Darmajaya menciptakan sistem yang dapat mendeteksi tindak penjiplakan (plagiarsm) pada karya ilmiah yaitu “Sistem Pendeteksi Plagiarisme Multi Bahasa”.

Sistem pendeteksi ini telah mendapatkan kepercayaan memenangkan hibah Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Koordinasi Perguruan Tinggi Swasta (Kopertis) Wilayah II untuk jenis Penelitian Hibah Bersaing untuk kategori Pendanaan Hibah Penelitian Desentralisasi Usulan Baru Tahun Anggaran 2013 senilai puluhan juta rupiah. Wasilah S.Kom, M.T menuturkan sistem tersebut mampu mendeteksi kemiripan naskah berbahasa Indonesia maupun naskah berbahasa Inggris. “Hal ini diharapkan dapat membantu meminimalkan tindakan plagiarisme di Indonesia khususnya di kalangan perguruan tinggi,” ungkapnya, Senin (18/3).

Dosen Fakultas Ilmu Komputer jurusan Sistem Informasi ini mengatakan akan mengembangkan sistem pendeteksi tersebut sehingga dapat digunakan untuk memeriksa karya ilmiah yang dihasilkan oleh mahasiswa dan dosen pada suatu perguruan tinggi agar tidak melakukan plagiat dan antar perguruan tinggi. “Sistem informasi tersebut dapat digunakan untuk memeriksa kesamaan dari dokumen khususnya pada karya ilmiah di perguruan tinggi sebelum dipublikasikan di jurnal ilmiah. Hal ini diperlukan untuk menghindari adanya plagiarisme pada karya ilmiah yang dihasilkan,” ujar wanita kelahiran Negararatu, 3 Januari 1967.

Rektor IBI Darmajaya DR.Andi Desfiandi, SE.,MA didampingi Ketua Jurusan Sistem Informasi Sri Lestari, S.Kom.,M.Cs mengaku sangat mendukung kegiatan penelitian segenap dosennya. Pihaknya menuturkan bahwa sejalan dengan surat edaran Dikti No:152/E/T/2012 tentang publikasi karya ilmiah, dimana terhitung mulai kelulusan setelah bulan Agustus 2012 berlaku ketentuan bahwa untuk lulus program sarjana, magister dan doktor diwajibkan untuk membuat makalah yang diterbitkan pada jurnal ilmiah. “Dengan jumlah mahasiswa yang sangat banyak terutama untuk program sarjana tentulah bukan hal yang mudah untuk mempublikasikan karya ilmiah yang berkualitas di jurnal ilmiah. Salah satu hal yang menjadi perhatian dalam penerbitan suatu jurnal ilmiah adalah masalah plagiarisme. Plagiat dapat menghambat kreativitas seseorang. Kegiatan plagiat juga memberikan dampak yang sangat merugikan serta menunjukkan tidak adanya penghargaaan terhadap karya intelektual,” papar Andi.

Dia menambahkan berdasarkan pemberitaan media cetak nasional belum lama ini, pemberhentian dan pencabutan hak cipta telah dilakukan pihak  berwenang ketika ditemukan kasus plagiarisme. “Komite penyidik di University of Colorado melakukan penindakan terhadap seorang profesor yang melakukan plagiarisme, begitu pula kasus guru besar di salah satu universitas di Indonesia yang menjiplak karya penulis Australia juga dikenai sanksi pemberhentian dari aktivitas akademik,” ujarnya.

Wasilah menambahkan, berbagai usaha untuk mengatasi plagiarisme yang banyak terjadi telah dilakukan, salah satu usaha adalah dengan menggunakan software anti plagiarisme seperti Turnitin dan Viper. Software ini dapat mendeteksi tingkat kemiripan suatu naskah dengan hasil  karya milik orang lain. “Namun, software tersebut hanya optimal digunakan untuk mendeteksi naskah berbahasa Inggris, sehingga tidak dapat digunakan untuk memeriksa dokumen dalam bahasa Indonesia seperti yang sangat diperlukan di berbgai perguruan tinggi di Indonesia,” ungkapnya.

Sementara itu, sistem pendeteksi plagiarisme yang diciptakan Wasilah dapat memiliki kemampuan untuk mendeteksi kemiripan suatu naskah dalam multi bahasa. “Sistem ini berkemampuan mendeteksi dokumen bahasa Indonesia – bahasa Indonesia dan bahasa Indonesia – bahasa Inggris,” pungkasnya. (*)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *