Film “Agus dan Agus” dari Bandar Lampung Semarakan FFI Lampung 2015

Film “Agus dan Agus” dari Bandar Lampung Semarakan FFI Lampung 2015

Bandar Lampung – “Agus dan Agus ? kamu mau menikah dengan perempuan atau laki-laki?” ucap ayah Agus.
“Perempuan ! Dia bernama Agustina dan biasa dipanggil Agus,” jawab Agus.
“Perempuan kok namanya Agus seperti tidak ada nama lain saja, aneh keluarga calon istrimu,” ungkap ayah Agus.
“Namaku Agus, nama ayah sendiri juga Agus, seperti tidak ada nama lain saja. Aneh keluarga kita ini,” tandas Agus.

Demikian sepenggal percakapan dalam adegan film berjudul ‘Agus dan Agus’ yang ditampilkan dalam acara Screening Film yang digelar Unit Kegiatan Mahasiswa Darmajaya Computer dan Film Club (UKM DCFC) IBI Darmajaya, kemarin (23/4).

Film ini berasal dari Bandar Lampung, menceritakan tentang seorang anak laki-laki yang meminta ayah dan ibunya untuk melamar seorang gadis. Disutradarai oleh Aji Aditya, film ini berhasil menarik perhatian penonton dengan alur cerita yang sederhana, dengan sedikit sentuhan komedi.

Penonton Screening Film Jenia Lestari mengatakan film ini menghibur dan memberikan pengetahuan tentang adat istiadat sebelum pernikahan di Lampung. “Filmnya lucu, pembicaraan yang dibawakan pemeran membuat penonton tertawa. Alur cerita yang sederhana, membuat pesan dari film ini sampai ke penonton,” ucapnya.

Bahasa Lampung digunakan pemeran film ini dalam berdialog, suara musik dan lagu khas Lampung disuguhkan sebagai latar cerita. “Pemeran dalam film ini menggunakan bahasa Lampung, mungkin beberapa penonton tetap mengerti apa yang dibicarakan tanpa membaca teks terjemahannya. Menggunakan bahasa Lampung, musik dan lagu Lampung, memberikan kesan khas dari daerah asal film ini,” ujar Jenia Lestari.

Tidak hanya “Agus dan Agus”, karya-karya film indie dari penjuru wilayah di Indonesia berhasil menyedot perhatian penonton. Tema film yang ditampilkan di FFI Lampung 2015 juga beragam, mulai dari drama percintaan, politik, kekerasan remaja, action, komedi dan horror. Tidak sekedar menghibur, film-film tersebut diakui peserta sangat membantu mereka dalam menambah refrensi dunia perfilman.

“Film yang ditampilkan sangat bervariasi dan kreatif, mulai dari setting pengambilan gambar, suara, musik, cerita yang diangkat hingga pencahayaan. Ini menambah wawasan kami dalam membuat film. Sangat seru dan menghibur, kami jadi makin tahu banyak tentang film indie,” tuturnya.

Ketua UKM DCFC, Gusti Arifky mengatakan, ada 127 karya film indie yang akan diputar dalam acara screening. Mereka adalah peserta yang nantinya akan memperebutkan 13 kategori terbaik dalam FFI Lampung 2015 yang puncaknya dilaksanakan pada 2 Mei mendatang.

“Dalam Screening dilakukan proses seleksi dari 127 karya menjadi 25 karya terbaik yang melibatkan juri lokal. Sementara untuk penetapan 13 nominasi terbaik pada malam anugerah, kami mengundang sutradara nasional, yakni Benny Kadarhariarto, Sahrul Gibran, dan Robby Ertanto Soediskan sebagai juri.” paparnya.

Sementara itu, Wakil Rektor Bidang Kemahasiswaan dan Pengembangan Sumber Daya, Novita Sari, S.Sos., M.M., mengatakan dalam berkreasi dan berprestasi tidak hanya dibidang akademik, tetapi juga dibidang lainnya termasuk dunia perfilman. Karya perfilman merupakan hasil kerja yang membutuhkan daya kreasi dan proses yang tidak mudah. “Mudah-mudahan melalui even ini akan memotivasi peserta untuk lebih baik lagi dalam menghasilkan karya. Serta merangsang minat atau daya tarik masyarakat terhadap dunia perfilman khususnya di Lampung,” tandasnya. (*)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *