Lie Detector” Versi Dosen IBI Darmajaya Diseminarkan hingga Hongkong

BANDAR LAMPUNG—Maraknya extraordinary crime seperti tindak pidana korupsi akhir-akhir ini tidak jarang membuat khawatir kalangan masyarakat. Beberapa masalah yang dihadapi para penegak hukum dalam mendeteksi dan menentukan pelaku tindak kejahatan tersebut termasuk berkata bohong dalam interogasi dan persidangan merupakan hambatan dalam identifikasi pelaku tindak pidana korupsi di Indonesia. Masalah yang dihadapi adalah bagaimana dapat menentukan atau mengidentifikasi pelaku kejahatan dan ditentukan sebagai terdakwa secara cepat dan dengan akurasi yang tinggi.

Melihat kondisi tersebut, tiga dosen Institut Informatika dan Bisnis (IBI) Darmajaya yaitu dosen Fakultas Ilmu Komputer IBI Darmajaya Dr.Suhendro Yusuf Irianto, M.Kom dan M.Said Hasibuan,S.Kom.,M.Kom, Sekretaris Jurusan Sistem Komputer sekaligus dosen Sistem Komputer Dodi Yudo S, S.Si., M.TI berkolaborasi melakukan penelitian bertajuk “Pencarian Citra Berbasis Pengenalan Wajah untuk Mendeteksi Kriminalitas dan Kebohongan”. Penelitian yang memakan waktu selama dua tahun dan telah dipresentasikan hingga ke Hongkong dalam forum Asosiasi Perguruan Tinggi Informatika dan Komputer (Aptikom) ini juga merebut hati Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi (DIKTI) Kementerian Pendidikan Nasional (Kemendiknas) hingga penelitian tersebut berhasil memenangkan Hibah Bersaing DIKTI 2011 senilai lebih dari Rp 81 juta. “Hasil penelitiannya sudah ada, software tersebut sudah diseminarkan hingga ke Hongkong, software ini dengan merekam wajah dan suara bisa mendeteksi kebohongan, saat ini posisinya sedang dalam tahap penyempurnaan, harapannya ke depannya bisa dimanfaatkan oleh instansi kepolisian dan kejaksaan,” ujar Suhendro, Sabtu (22/12).

Menurutnya, meskipun saat ini telah banyak alat atau aplikasi dibuat oleh para pengembang dari dalam negeri ataupun luar negeri, namun kebanyakan masih berupa aplikasi-aplikasi yang bersifat umum untuk bidang bisnis dan administrasi secara umum. Hanya sedikit aplikasi yang dibuat pengembang Indonesia untuk tujuan khusus seperti deteksi penyakit kanker, identifikasi DNA, dan deteksi tindak pelaku kriminalitas. “Untuk itu penelitian ini sangat diharapkan untuk dapat membuat suatu sistem aplikasi yang dapat membantu memecahkan isu-isu tersebut. Selama ini, deteksi kebohongan dilakukan dengan menggunakan mesin kebohongan (lie detector) yang mempunyai efek samping yaitu dapat membahayakan kesehatan manusia karena meletakkan alat “lie detector” di tubuh manusia untuk mendeteksi denyut nadi, detak jantung yang berlebihan, atau kelenjar keringat. Sedangkan penelitian untuk menciptakan deteksi kebohongan tanpa membahayakan atau menimbulkan resiko kesehatan adalah dengan menggunakan foto atau citra wajah manusia, atau video real time ketika interogasi atau persidangan berlangsung yaitu dengan melihat raut wajah seperti pergerakan bola mata, alis, pipi, mulut,” papar Suhendro.

Adapun penelitian ini menggunakan citra wajah yang dipadatkan (compressed domain) atau citra dengan format JPEG. Dengan citra tersebut bisa menghemat storage dan mempercepat waktu transfer data citra. Selain itu, bisa mempercepat proses perhitungan pada proses pengenalan wajah. “Keuntungan penting lainnya adalah tidak perlu adanya rekonstruksi dari citra yang biasanya memakan waktu dan biaya yang mahal,” ujar Suhendro.

Dodi Yudo menambahkan penelitian ini menggunakan teknik pencarian citra wajah (fase based image retrieval) untuk pengenalan wajah untuk mengidentifikasi pelaku kriminal dan deteksi kebohongan. “Deteksi atau identifikasi seseorang berkata bohong atau jujur berdasarkan analisa fitur-fitur citra wajah yang dapat diambil termasuk di dalamnya wajah yang tertutup dengan penghalang. Untuk mendeteksi pelaku tindakan kriminal yang terjadi, citra wajah dicocokkan dengan citra yang didalam database,”ujar Dodi.

Kegiatan penelitian tersebut dilakukan dalam dua tahun, yaitu pada tahun pertama untuk identifikasi pelaku kriminalitas dan tahun kedua untuk deteksi kebohongan. Sistem dibangun dengan menggunakan Visual NET dan MatLab dengan platform Windows.

Sementara Rektor IBI Darmajaya DR.Andi Desfiandi, SE., MA didampingi Kepala Lembaga Penelitian, Pengembangan Pembelajaran, dan Pengabdian Masyarakat (LP4M) DR.Anuar Sanusi, SE., M.Si mengatakan pihaknya sangat mendukung kegiatan penelitian yang dilakukan dosen atau mahasiswa. “Kami berharap penelitian tersebut dapat berguna untuk kepentingan masyarakat, kami mendorong penelitiannya terus dikembangkan dan yang paling utama adalah orisinalitas karya tim dosen IBI Darmajaya. Untuk itu, kami memotivasi dan mengembangkan kreativitas dosen yang berpotensi turut berperan dalam industri kreatif di masa depan. IBI Darmajaya melalui bagian terkait siap membantu dalam proses penyempurnaan software lie detector agar dapat lebih sempurna. Bahkan bila sudah sempurna, nanti bisa saja kita memediasi penemuannya ini agar mendapatkan hak paten, dan tidak hanya dimanfaatkan kepolisian, kejaksaan melainkan juga imigrasi, beacukai, hingga Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK),” paparnya.

Anuar menambahkan seiring dengan semakin meningkatnya kegiatan penelitian IBI Darmajaya pada setiap tahunnya merupakan bentuk pengaplikasian IBI Darmajaya dalam menjalankan Tri Darma Perguruan Tinggi yang meliputi Pendidikan, Penelitian, dan Pengabdian pada Masyarakat. “Dengan adanya kegiatan pelatihan dan pendampingan penyusunan penelitian dari tim DIKTI secara rutin dan berkelanjutan, bisa menambah wawasan mengenai penelitian yang dilakukan para dosen sehingga kinerja penelitian dosen pun semakin baik,” ujarnya. (*)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *