Mahasiswa Darmajaya Raih Prestasi Di Ajang Sang Penemu TVRI Lampung

Mahasiswa Darmajaya Raih Prestasi Di Ajang Sang Penemu TVRI Lampung

Kesibukan di Lab Sistem Komputer IBI Darmajaya pagi itu sudah terasa. Serombongan Mahasiswa telah bersiap untuk mengikuti praktikum sesuai dengan mata kuliah yang mereka ambil. Disudut ruangan tampak Dodi Yudo Setyawan, S.Si., sedang berkutat dengan rancangan alat Seismograf Berbasis Optik yang tengah dibuatnya bersama rekannya Yuni Arkhiansyah, S.Kom.
Berkat penemuannya yang inovatif dan bermanfaat bagi perkembangan teknologi, Dodi Yudo Setyawan, S.Si, Mahasiswa Pascasarjana Program Magister Teknologi Informasi meraih gelar Sang Penemu dan dinobatkan menjadi juara 2 pada kompetisi Sang Penemu yang diselenggarakan oleh LPP TVRI stasiun Lampung pada pertegahan juni lalu. Temuan yang mengantarkannya meraih predikat 2 itu adalah Seismograf berbasis optik.

“Saya terharu dengan banyaknya bencana alam khususnya gempa bumi yang terjadi di wilayah Indonesia yang banyak menelan korban jiwa dan harta.  Banyak anggapan bahwa gempa bumi tidak dapat diprediksi datangnya karena tidak cukup dan tidak ada identifikasi data mengenai getaran kulit bumi yang berpotensi gempa. Seismograf yang ada sekarang hanya mencatat getaran-getaran kulit bumi di wilayah tertentu dengan data yang hanya dituliskan pada kertas seismograf dan hanya dipakai untuk mengetahui gempa berskala besar yang sudah terjadi sehingga menjadi tidak efisien. Melihat hal tersebut maka kami tergerak melakukan penelitian mengenai sebuah alat berupa Seismograf berbasis optik.” Ungkap Dodi.

“Seismograf berbasis optik adalah sebuah alat pendeteksi gelombang seismik atau gempa yang terdiri dari sensor fotodioda dengan sumber cahaya LED inframerah. Dengan menggunakan kantilever, Intensitas cahaya yang diterima fotodioda bersesuaian dengan jarak antara fotodioda dengan LED infra merah dan juga bersesuaian dengan besar kecilnya getaran atau gempa yang terjadi. Semakin besar intensitas yang dikirim sensor,maka semakin besar tegangan keluaran sensor, dan inilah yang dapat mengukur kekuatan gempa..” Terang Dodi saat ditanya cara kerja alat tersebut. Ditanya lebih lanjut, ia menerangkan bahwa Software untuk membagun alat ini menggunakan bahasa pemrograman Visual Basic 6.0 dan Microsoft SQL Server 2000. Data getaran atau gempa ditampilkan dalam bentuk grafik realtime dan analisa grafik dilakukan pada grafik yang tidak realtime.

Seismograf digital dapat digunakan untuk deteksi gempa secara nonstop 24 jam. Seismograf digital pengoperasiannya juga lebih sederhana dibanding dengan analog. Hasil pengukuran akan secara otomatis terpampang pada layar komputer.

”Manfaat yang didapat dari adanya Seismograf digital ini adalah dapat membantu Badan Meteorologi dan Geofisika (BMG) dalam pemantauan fenomena alam yang terajadi di atas permukaan bumi khususnya seperti getaran kulit bumi atau gempa dimana fenomena-fenomena tersebut memerlukan peralatan yang mendukung untuk memperoleh data-data akurat. Peralatan yang digunakan selama ini adalah peralatan yang dibeli dari luar negeri dan dengan harga sangat tinggi. Dengan merealisasikan seismograf berbasis optik ini akan memberikan kontribusi nyata terhadap pengadaan peralatan bagi BMG dan meminimalkan biaya pembelian alat dari luar negeri. Dengan kualitas yang sama, biaya yang sangat rendah dan penelitan yang berkesinambungan akan memberikan dampak yang sangat baik kedepan tanpa tergantung dari pihak luar negeri.  Dengan alat ini, harapannya kedepan kita dengan mudah menganalisa gempa dan memprediksi datangnya gempa lebih awal karena sudah memiliki pola yang terjadi” pungkas dodi mengakhiri perbincangan.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *