Mahasiswa IBI Darmajaya Ajarkan Tari Bedana di Thailand dan Myanmar

Mahasiswa IBI Darmajaya Ajarkan Tari Bedana di Thailand dan Myanmar

BANDAR LAMPUNG – Berkesempatan mengajarkan Tari Bedana ke puluhan mahasiswa di Rangsit University – Thailand dan Computer Institute of Myanmar menjadi pengalaman paling berharga yang pernah dialami Lisdiana, mahasiswa IBI Darmajaya Lampung. Kesempatan tersebut ia dapatkan dalam Program Passage To ASEAN (P2A) yang beranggotakan universitas-universitas di Negara ASEAN belum lama ini.

Lisdiana menjadi satu dari delapan mahasiswa IBI Darmajaya yang beruntung mengikuti program tersebut. Ditemui di kampusnya, Selasa (31/12), Lisdiana menuturkan mengajarkan tari Lampung ke universitas-universitas di luar negeri adalah pengalaman yang tak terlupakan baginya. Mahasiswa semester akhir jurusan Tehnik Informatika ini juga mengaku bersyukur atas kesempatan tersebut.

“Ini pertama kalinya dalam hidup saya, mengajarkan Tari Bedana ke mahasiswa asing di Asia. Tidak semua mahasiswa khususnya di Lampung bisa mendapatkan kesempatan ini. Selain mengenalkan tari Lampung, kami juga presentasi mengenalkan kebudayaan Lampung kepada mereka. Dan Alhamdulillah kami disambut baik oleh mereka” ungkap Lisdiana didampingi Adelia Effrelin, mahasiswa IBI Darmajaya lainnya yang turut dalam P2A.
Meski hanya sebatas mengenalkan, namun dikatakan Lisdiana, mahasiswa Thailand dan Myanmar sangat antusias mengikuti gerakan-gerakan yang ia tunjukan. Tari Bedana sendiri merupakan kesenian rakyat yang akrab dan merupakan salah satu nilai budaya untuk mengintrospeksikan suatu pergaulan, kasih sayang, dan persaudaraan,yang tulus dan ikhlas sebagai ciri dari sebuah ketradisionalan yang tak akan lepas.

“Tari Bedana ini adalah tari yang relative mudah ragam geraknya untuk dikuasai sehingga jenis tari tradisional ini sangat familiar di kalangan masyarakat Lampung. Itu kenapa kami memilih Tari Bedana untuk dipentaskan” ujar wanita berkerudung ini.

Selain menari dan mengenalkan budaya Lampung, dara kelahiran Kurungan Nyawa Kabupaten Pesawaran ini menambahkan Program Passage To ASEAN membuatnya kaya pengalaman dan ilmu. Kultur dan kebudayaan yang berbeda dalam setiap negara juga diakui Lisdiana sangat menambah wawasannya.

“Seperti di Thailand, saya sangat mengagumi etos belajar mahasiswa-mahasiswa disana. Mereka belajar tak mengenal waktu, mereka tak hanya aktif saat jam belajar tapi juga diluar jam belajar. Di malam hari pun di kampus Rangsit masih ramai mahasiswa untuk belajar dan berdiskusi. Pihak kampus juga sangat memfasilitasi kebutuhan mahasiswa” ceritanya.

Sebagaimana diketahui Program Passage To ASEAN merupakan program universitas-universitas di Negara ASEAN dalam menyongsong ASEAN Community 2015. Setidaknya delapan mahasiswa didampingi dua dosen IBI Darmajaya berpartisipasi dalam kegiatan yang berlangsung selama dua minggu tersebut (11-22 Desember 2013).

Kepala Kantor Hubungan Internasional IBI Darmajaya, Rahmalia Syahputri, S.Kom., M.Eng.Sc mengungkapkan ada tiga negara ASEAN yang mereka kunjungi dalam P2A, yaitu Thailand, Kamboja, dan Vietnam. Kegiatan ini, kata dia, bertujuan untuk  menyiapkan mahasiswa dapat berintegrasi dengan cara  memahami dan beradaptasi dengan perbedaan budaya, seni, dan kehidupan sosial diantara seluruh anggota ASEAN.

“Program yang digagas pada tahun 2012 ini diprakasai oleh Rangsit University – Thailand, Norton University – Kamboja, Duy Tan University – Vietnam,  The National University of Laos, dan Myanmar Computer Institute of Myanmar. Saat ini P2A beranggotakan 22 universitas dari 8 negara ASEAN. IBI Darmajaya merupakan anggota pertama dari Indonesia.” Urainya.

Sementara itu, Rektor IBI Darmajaya, Dr. Andi Desfiandi, SE., MA., menambahkan Program Passage To ASEAN merupakan bagian dari upaya IBI Darmajaya dalam menyongsong globalisasi 2015. Diharapkan melalui kerjasama luar negeri akan menambah daya saing mahasiswa di kancah internasional.

”Dengan menjalin persahabatan dan kemitraaan dengan mahasiswa luar negeri, harapannya ketika mahasiswa keluar, mahasiswa sudah mengerti perbedayaan kultur diluar negeri sehingga mahasiswa dapat mempersiapkan diri. Kesiapan inilah yang akan membentuk identitas mahasiswa yang arif dan dapat diunggulkan” pungkasnya. (*)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *