MAHASISWA IBI DARMAJAYA CIPTAKAN SISTEM PENGAMAN JEMBATAN

MAHASISWA IBI DARMAJAYA CIPTAKAN SISTEM PENGAMAN JEMBATAN

BANDARLAMPUNG  – Kerusakan jembatan disebabkan kapasitas muatan kendaraan yang berlebihan masih menjadi permasalahan yang kerap terjadi di Indonesia. Mengatasi hal tersebut, Fahri Ramadhan, mahasiswa Institut Informatika dan Bisnis (IBI) Darmajaya menciptakan sistem pengaman jembatan berdasarkan perhitungan beban maksimal jembatan. Alat ini berbasis Atmega dimana proses pengamanan dilakukan secara otomatis.

Prinsip kerja pengaman jembatan ini, Fakri menjelaskan, yakni dengan mendeteksi beban muatan kendaraan yang melintas diatas jembatan. Alat pendeteksi yaitu berupa sensor pegas yang mampu membaca kapasitas muatan kendaraan yang melintas diatasnya. Komponen lainnya yakni LCD yang berfungsi menampilkan kapasitas kendaraan yang ditangkap sensor.

Sementara befungsi sebagai pengaman palang pintu jembatan yakni sebuah portal yang dibuat untuk menghalangi kendaraan masuk, setiap kali jembatan mengalami kelebihan muatan. Portal digerakan oleh alat yang dinamakan motor servo yang dikendalikan oleh mikrokontroler Atmega.

Sensor pegas dengan satuan ton ini  diletakan diatas jembatan dengan sistem dua jalur, sehingga kendaraan yang melintas dari arah berlawanan dapat terbaca oleh masing-masing sensor. Jumlah muatan/beban kendaraan yang ditangkap sensor, akan ditampilkan pada LCD yang diletakkan pada sisi jembatan, sehingga user dapat mengetahui besar muatan pada jembatan.

“Ketika sensor menangkap muatan yang melebihi kapasitas, maka secara otomatis portal jembatan akan menghalau kendaraan dibelakangnya untuk tidak melaju dan menambah beban jembatan. Portal kembali terbuka setelah kendaraan dengan muatan besar melintasi jembatan” papar mahasiswa semester akhir ini.

Dia menambahkan pengaman jembatan ini hanya cocok diterapkan pada jembatan dengan panjang maksimal 20 meter. Hal ini disebabkan keterbatasan pemanfaatan sensor untuk mendeteksi beban kendaraan. “Sensor hanya mendeteksi beban kendaraan yang ada diatasnya, jadi alat ini hanya cocok untuk jembatan yang tidak terlalu panjang, sehingga tidak memerlukan banyak sensor” ujar Fahri.

Diakui mahasiswa kelahiran Bukit Kemuning ini alatnya masih sebatas prototype. Dibutuhkan biaya besar untuk bisa mengimplementasikan alat ini secara nyata. Kendati demikian dia berharap kreasinya tersebut bisa menjadi refrensi bagi pemerintah atau masyarakat agar dapat membangun jembatan yang aman dan nyaman bagi para pengendara.

Fahri sendiri mengaku menciptakan inovasi tersebut berdasarkan pengalamannya terjebak macet ditengah jembatan Terbanggi-Lampung Tengah yang amblas belum lama ini. Jembatan kerap bergetar/goyang setiap kali over kapasitas. Sayangnya tidak ada antisipasi untuk menghalau kendaraan yang melebihi kapasitas.

“Kebanyakan kasus amblas atau rusaknya jembatan disebabkan muatan yang berlebihan. Tentunya hal ini harus diantisipasi dengan sistem pengamanan yang ekstra. Mudah-mudahan alat ini bisa menjadi alternatif atau gambaran bahwa kerusakan jembatan bisa diantisipasi sejak dini dengan menggunakan alat” ucapnya.

Berbekal pengalaman dan pengamatan, Fahri melakukan penelitian dan mencoba menciptakan inovasi terbaru. Atas upayanya tersebut, Rektor IBI Darmajaya, Dr. Andi Desfiandi, SE, MA., memberikan apresiasinya. Andi mengatakan penelitian merupakan salah satu bukti dari keberhasilan mahasiswa dalam menguasai beragam kompetensi yang didapatnya selama menjalani pendidikan di perguruan tinggi.

“Inilah yang dibuktikan oleh Fahri. Dari ilmu yang ia dapatkan ia mengimplementasikanya melalui penelitian. Ia mencoba menciptakan inovasi terbaru yang diharapkan dapat memberikan manfaat dan mampu diterapkan ditengah-tengah masyarakat. Saya apresiasi sekali dan berharap ini bisa menjadi contoh bagi mahasiswa lainnya untuk aktif melakukan penelitian.” harapnya. (*)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *