Radio Online Darmajaya Aktif Tanggap Bencana

Radio Online Darmajaya Aktif Tanggap Bencana

BANDAR LAMPUNG—Sebuah langkah kecil untuk membantu sesama. Itulah tergambar dari keseriusan tiga orang perwakilan Radio Online Darmajaya Khairul (mahasiswa), Jhon (mahasiswa), dan Doni Andrianto,S.Kom (dosen & Pembina Radio Online Darmajaya) dalam mengikuti Workshop Media Tanggap Bencana yang berlangsung dari Selasa (26/1) hingga Rabu (6/2) lalu. Workshop ini merupakan workshop angkatan ke tujuh di seluruh dunia dan merupakan angkatan ketiga di Indonesia setelah sebelumnya First Response Radio Indonesia (FRI) juga mengadakannya di Padang Pariaman saat terjadinya gempa Padang dan di Yogyakarta saat terjadinya erupsi gunung Merapi.

Workshop yang diadakan First Respone Radio Indonesia (FRI) dan Community Radio for Health and Social Development (HCR) bekerjasama dengan Pemerintah Daerah Provinsi Lampung, Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Propinsi Lampung, Persatuan Radio Siaran Swasta Nasional Indonesia (PRSNI) Lampung, dan radio Heartline FM Lampung digelar dua tahap dan diikuti 16 peserta dari berbagai lembaga. Selama lima hari, peserta mendapat pembekalan materi berupa klasifikasi bencana, tahapan penanggulangan bencana, dasar radio, dan simulasi untuk kemudian dipresentasikan di gedung BPBD Provinsi Lampung. Sementara, Field Trial atau mengudara di radio yang dilakukan di Desa Banding Kalianda Lampung Selatan selama 72 jam nonstop.

Koordinator Radio Online Darmajaya Khairul, didampingi Dewan Penasehat UKM Bidang IPTEK Darmajaya Computer & Film Club (UKM DCFC) Doni Andrianto S.Kom yang turut serta dalam workshop tersebut mengungkapkan, bahwa pihaknya sangat senang dapat mengikuti workshop Media Tanggap Bencana. Banyak ilmu yang didapat untuk meningkatkan kompetensi sebuah radio di tempat bencana, bukan hanya sekedar penghibur masyarakat dengan lagu-lagu yang menyejukkan hati, tetapi dapat juga sebagai media penyampai informasi serta sebagai media edukasi dan advokasi bagi korban bencana.

“Bersama peserta lain yang berasal dari perwakilan BPBD, PMI, RRI, Rasuba FM, Mahameru Lampung Barat, Rapemda Lampung Selatan, dan Hearthline FM kami belajar membuat materi–materi siaran seperti iklan layanan masyarakat, voxpop, wawancara menggunakan recorder dan wawancara langsung. Selain itu, dalam workshop tersebut kami juga diajarkan pengoperasian Radio Koper (suitcase) dan pendirian antena dengan tiang bambu rancangan Mr. Mike Adam,” tambah Doni.

Dikatakan oleh Doni Andriant bahwa usai antena berdiri dan lagu Indonesia Raya diperdengarkan, selama 3 hari para peserta workshop bergantian secara kelompok melakukan siaran, melakukan proses produksi materi siaran, dan terjun ke lapangan untuk mencari berita. Hal itu dilakukan nonstop selama 3 hari sebagai bentuk simulasi jika bencana benar-benar terjadi dan radio tanggap bencana harus hadir. “Kami bersiaran menggunakan frekuensi komunitas dengan ID Station Banding FM 107,7 Mhz Radio Tanggap Bencana,” ujarnya.

Wakil Rektor III Institut Informatika & Bisnis (IBI) Darmajaya Novitasari, S.Sos, MM didampingi Kabiro Kemahasiswaan Muprihan Thaib, S.Sos.,MM mengungkapkan bahwa IBI Darmajaya memiliki beberapa organisasi kemahasiswaan yang memiliki korelasi dengan relawan bencana. Artinya, saat terjadi bencana, IBI Darmajaya siap mengirimkan para mahasiswa sebagai relawan bencana sesuai dengan bidang organisasinya masing masing. “Kami memiliki organisasi yang bergerak di bidang sosial Unit Kegiatan Mahasiswa Bidang Sosial Korp Sukarela (KSR PMI) dan Unit Kegiatan Mahasiswa Bidang Sosial Mahasiswa Pencinta Alam (UKM ARTALA). Dua organisasi kemahasiswaan tersebut telah ikut serta dalam membantu pendistribusian logistik dan kesehatan pada saat gempa Padang,” ungkapnya. Selain itu ada juga UKM Bidang Sosial Informasi Konseling Sehati (UKM PIK – SEHATI) yang aktif dalam sosial kemanusiaan. (*)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *