Lampion Jagung IBI Darmajaya Raih Juara Lomba Inovasi Mahasiswa

BANDAR LAMPUNG—Tak hentinya, Informatics and Business Institute (IBI) Darmajaya menorehkan prestasi di kancah nasional. Kali ini, tiga dara cantik mahasiswi jurusan Akuntansi semester enam IBI Darmajaya meraih peringkat enam besar tingkat nasional dalam Invitasi Nasional: Lomba Inovasi Pengoptimalan Sibergi Potensi Ekonomi Sosial dan Lingkungan yang Bersandar pada Kearifan Lokal dan Prinsip Keberlanjutan yang digelar di Bandar Lampung  belum lama ini

Melalui kreasi lampion jagung dalam proposal penelitian “Meningkatkan Nilai Ekonomis Jagung dan Pemanfaatan Limbahnya untuk Meningkatkan Taraf Hidup Petani (Desa Ranca Sadang, Sukabanjar, Kecamatan Sidomulyo).” , Lusiana, Shanti Franssisca, dan Wella Fransiska bercita-cita meningkatkan taraf hidup petani Indonesia khususnya di Lampung dan mempromosikan Lampung tidak hanya dari ciri khas kain tapisnya.

“Kami ingin membantu petani untuk meningkatkan taraf hidupnya dengan mengolah limbah jagung hingga memiliki nilai ekonomis. Sehingga kami memang ingin membantu para petani,” ujar Shanti. “Harapannya, masyarakat memanfaatkan sesuatu apapun yang ada di sekitarnya dan bisa melihat peluang bisnisnya,” tambah Lusiana.

Lusiana mengatakan kelompoknya menjadi salah satu peserta dari 40 tim se- Indonesia dan menjadi satu-satunya perguruan tinggi swasta yang meraih juara enam besar dari universitas negeri lainnya yang berada di peringkat lima besar seperti Universitas Padjajaran Bandung, Universitas Indonesia (UI), Universitas Lampung (Unila), Institut Teknologi Bandung (ITB), dan Universitas Andalas Padang.

Wella menambahkan para petani bisa untuk tidak sekedar menjual jagung saja. Tapi juga memanfaatkan limbahnya dengan menjadikannya kue, puding, hingga pupuk organik. “Kami menyampaikan bagaimana kalau jagungnya dimanfaatkan tidak hanya sekedar untuk pakan ternak, melainkan meningkatkan nilai ekonomisnya sehingga secara otomatis penghasilan mereka bisa meningkat lagi. Inovasi kami diantaranya, biji jagungnya bisa dibuat kue jagung, puding jagung, atau jagung keju. Kemudian rambut jagung bisa menjadi obat hipertensi. Yang dijual kan biji jagung, tongkolnya dibuang menjadi limbah dan itu bisa diolah menjadi pupuk organik,” papar putri pertama dari empat bersaudara ini.

Sementara kulit jagungnya bisa dikreasikan menjadi lampion. “Kami membuat lampionnya seharian, dari pagi sampai sore. Karena kami kan bukan pengrajin kulit jagung, latar belakang kami jurusan akuntansi, sehingga kami otodidak membuat lampion, kemudian mencontohkannya kepada para petani,” ujar Shanti.

Adapun beberapa pertimbangan pemilihan lokasi di Desa Ranca Sadang, Sukabanjar, Kecamatan Sidomulyo adalah dekat dengan lokasi wisata. “Lokasi penelitian dekat dengan daerah wisata, sehingga kalau misalkan petani menjual olahan jagung tersebut ke turis domestik atau mancanegara bisa menambah penghasilan mereka dengan adanya kerajinan Lampung kreasi lampion yang terbuat dari jagung tersebut, sehingga kelak tidak hanya menjadi petani tapi bisa menjadi entrepreneur,” ujar Shanti yang diamini Lusiana dan Wella yang juga bercita-cita menjadi pengusaha sukses.  (*)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *