Gelorakan Semangat Perjuangan, Civitas Academica IIB Darmajaya Gelar Upacara Kemerdekan ke-78 RI

Gelorakan Semangat Perjuangan, Civitas Academica IIB Darmajaya Gelar Upacara Kemerdekan ke-78 RI

DCIM100MEDIADJI_0011.JPG DSCF1928
<
>
DCIM100MEDIADJI_0011.JPG

BANDARLAMPUNG Tujuan negara adalah untuk membentuk pemerintahan yang melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia, memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa dan ikut melaksanakan ketertiban dunia.

“Tujuan negara yang sangat luhur itu telah dipikirkan, digagas serta dituangkan dalam sebuah dokumen negara. Sehingga negara dan kita sebagai warga negara berkewajiban untuk melaksanakan dan mencapai tujuan tersebut,” kata Rektor IIB Darmajaya, Dr. Ir. H. Firmansyah Y. Alfian, MBA., M.Sc. pada Upacara Bendera, Peringatan HUT ke-78 RI, di Lapangan Basket Kampus Biru, Kamis (17/8/23).

Pada Upacara yang disiarkan secara langsung melalui media sosial Darmajaya The Best diikuti oleh karyawan, dosen, dan mahasiswa penerima beasiswa KIP dan Yayasan Alfian Husin. Dan, selaku inspektur upacara Rektor IIB Darmajaya, Dr. Firmansyah.

Dalam pembacaan amanat, Firmansyah juga mengatakan peringatan HUT ke-78 RI, agar kembali melihat cita-cita dan makna kemerdekaan Indonesia. Dalam Pembukaan UUD 1945 itu,

Menurut dia, dengan tema HUT ke-78 RI “Terus Melaju untuk Indonesia Maju”. Tema ini merefleksikan semangat bangsa Indonesia untuk terus melanjutkan perjuangan dan pembangunan, berkolaborasi bersama memanfaatkan momentum untuk mewujudkan Indonesia maju.

“Pada peringatan Hari Kemerdekaan Indonesia ini, saya mengajak seluruh elemen bangsa untuk melaju bersama dan menggelorakan semangat perjuangan yang belum berakhir,” kata Ketua Aptisi Wilayah II B-Lampung ini.

Rektor juga mengajak semua peserta dan lapisan masyarakat mensyukuri Kemerdekaan ke-78 RI. Kita memang telah merdeka dari bentuk penjajahan kuno, tetapi kita jangan terjebak dengan bentuk penjajahan baru.

Bentuk penjajahan baru itu, kata Firmansyah, dapat berupa tidak siapnya kita untuk menjadi bangsa besar yang dapat berdiri sendiri, bangsa yang bodoh, dan miskin. “Hidup yang serba instan terkadang menyebabkan kita malas untuk berjuang, malas untuk belajar, yang pada akhirnya bangsa kita menjadi terpuruk. Maka dari itu, kita harus berjuang melawan kemalasan diri kita sendiri,” pungkasnya. (**)