FILM “PAGI” SEMARAKAN FFI DARMAJAYA 2014

FILM “PAGI” SEMARAKAN FFI DARMAJAYA 2014

“Hidup itu intinya hanya belajar”
“Belajarlah dari kesalahanku”
“Ayo, pulang nak….”

Demikian sepenggal percakapan dalam adegan film berjudul ‘Pagi’ yang ditampilkan dalam acara screening (pemutaran) film yang digelar Unit Kegiatan Mahasiswa Darmajaya Computer dan Film Club (UKM DCFC) IBI Darmajaya, kemarin (17/4).

Menceritakan tentang kegetiran kehidupan seorang waria yang hidup ditengah cemooh dan stigma negatif masyarakat, namun ia terus berusaha untuk survive. Hari-harinya dihabiskan dengan mengamen dari angkot satu ke angkot lainnya, dari pintu ke pintu. Meski terbesit kehinaan dalam benaknnya, namun ia tetap ikhlas menjalani hidup.

“Mengharukan sekali. Ini mengingatkan saya pada pepatah ‘Jangan menilai seseorang dari covernya’, tokoh Jamila yang diperankan Dwi Purnama membuktikan bahwa waria yang sering dianggap sebelah mata oleh masyarakat, ternyata mempunyai hati yang begitu tulus, tak pernah mengeluh dan optimis menjalani hidup” ungkap April, salah satu peserta screening menanggapi film tersebut.

Adegan paling menarik pada film yang disutradarai Syamarda Swandhika ini berlangsung di akhir cerita, saat Jamila kehilangan buah hatinya yang masih kecil. Ditengah teriknya matahari, padatnya kendaraan, dan sakit yang ia rasakan usai kecelakaan, Jamila tertatih-tatih mencari sang anak dijalanan.

“Dan dia menangis saat melihat anaknya sedang mengamen menggantikan perannya sebagai ibu. Saat itu dia memohon-mohon pada sang anak untuk tidak mengikuti jejaknya sebagai waria dan menjadi pengamen. Adegan ini berhasil mengaduk emosi kami sebagai penonton, ternyata meski menjadi waria adalah pilihan hidupnya, ia tetap menginginkan yang terbaik untuk anaknya” ujar April yang mengaku hoby nonton film ini.

Tak hanya penonton, antusiasme juga ditunjukan pada peserta FFI 2014. Seperti yang diungkapkan peserta asal Tulangbawang, Eko Prabowo. Lima jam perjalanan menuju IBI Darmajaya sengaja dia jabani untuk mengikuti festival perfilman yang ia anggap paling bergengsi di Lampung.

“Ini tahun kedua saya mengikuti kompetisi ini. Dan saya apresiasi dengan DCFC Darmajaya yang dari tahun ke tahun semakin baik menyelenggarakan FFI tingkat nasional. Saya mengirimkan empat film indie yang dikompetisikan, yakni Ireng Man, Paralel, Takdir Cinta Diujung Senja dan Jati Sari. Beberapa film saya sengaja persiapkan jauh-jauh hari hanya untuk festival ini” ceritanya.

Dia berharap FFI yang digelar DCFC ini bisa mendorong kemajuan perfilman indie di Indonesia dan di Lampung pada khususnya. “Meski peminatnya belum banyak, namun perfilman Lampung menunjukan progres yang cukup baik. Mudah-mudahan dengan banyaknya festival perfilman, dapat memacu kami untuk menghasilkan karya yang lebih banyak dan lebih baik” ujar Eko yang berperan sebagai sutradara di semua karya filmya.

Sementara itu, ketua UKM DCFC, Rahmad Wahyudi mengatakan, ada 67 karya film indie yang diputar dalam acara screening. Mereka adalah peserta yang nantinya memperebutkan 12 kategori terbaik dalam FFI 2014 yang puncaknya dilaksanakan pada 3 Mei mendatang.

“Dalam Screening dilakukan proses seleksi dari 67 karya menjadi 25 karya terbaik yang melibatkan juri lokal. Sementara untuk penetapan 12 nominasi terbaik pada malam inagurasi pada Mei nanti, kami mengundang sutradara nasional, Beni Setiawan dan Ade Suryapati sebagai juri.” paparnya.

Sementara itu, Wakil Rektor Bidang Kemahasiswaan dan Pengembangan Sumber Daya, Novita Sari, S.Sos., M.M., mengatakan dalam berkreasi dan berprestasi tak hanya dibidang akademik, tetapi juga dibidang lainnya termasuk dunia perfilman.

Karya perfilman merupakan hasil kerja yang membutuhkan daya kreasi dan proses yang tidak mudah. “Mudah-mudahan melalui even ini akan memotivasi mereka untuk lebih baik lagi dalam menghasilkan karya, serta merangsang minat atau daya tarik masyarakat terhadap dunia perfilman” tandasnya.  (*)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *